Cinta adalah sesuatu
yang teramat elok dan lembut. Namun, bukan berarti cinta itu keropos dan tak
punya daya sehingga tak mampu melakukan apa-apa. Seorang Ibu dengan tulus
menjaga keselamatan putra-putrinya. Seorang ibu yang menjadikan dirinya sebagai
selimut atas putra-putrinya di malam hari, dan menjadikan kakinya sebagai
penopang ketika putra-putri mereka belum sanggup berjalan. Bahkan seorang ibu
mengorbankan nyawanya demi keselamatan putra-putrinya, ini adalah sebagian
kecil dari gambaran akan kedahsyatan dan kekuatan cinta.
Kedahsyatan cinta juga
bisa dilihat dalam catatan sejarah Nabi Muhammad saw, sosok manusia pilihan
yang diliputi dengan penuh cinta. Cinta yang dengan lembut mampu menyentuh
orang-orang semasanya yang terkenal kasar itu, hingga mereka mau menggerakkan
kaki, berjalan menuju naungan Ilahiah. Ajaran Islam yang dibawanya dengan
energi cinta itu, kini telah dipeluk oleh lebih dari sepertiga penduduk Dunia.
Sesuatu yang sangat prestisius dan menakjubkan, serta membuat orang lain
bertanya-tanya tentang rahasia dakwah Rasulullah saw. Padahal setiap orang
mampu melakukannya, yaitu dengan memberikan yang terbaik kepada orang lain
dengan selimut energi cinta.
Cinta telah mewakili sesuatu yang indah, bahkan Cinta sanggup
meruntuhkan gunung-gunung keangkuhan, serta mampu memadamkan kobaran api dendam
yang membara. Jika kebencian mampu merusak bahkan meruntuhkan kebahagiaan
seseorang, maka cinta justru membangun rasa kebahagiaan itu. Orang yang
mencintai tidak akan pernah melukai, yang mencintai tidak akan pernah
merusak, yang mencintai tidak akan pernah mencederai, dan yang mencintai tak
akan pernah mengenal kata mengeluh. Karena dunia akan sangat terlihat bagi
orang yang mencintai.
Ketahuilah ! Cinta
adalah nafas dari kehidupan. Kebutuhan jiwa atas cinta layaknya kebutuhan tubuh
terhadap udara. Bila seorang manusia tak mampu bertahan manakala dipisahkan
dari udara, maka begitupun dengan jiwa yang akan menjadi sangat rapuh tanpa
memeluk Cinta. Karena sebuah kebahagiaan adalah pandangan yang diselimuti
dengan cinta, adapun cara memandang dengan selimut kebencian ( tanpa rasa cinta
) pasti semua akan nampak seperti panasnya Neraka Jahannam.
Saya seorang Travel Writter sekaligus Santri disebuah Pesantren, dan disitulah melihat seorang wanita berparaskan anggun laksana bidadari yang sedang singgah di Bumi. Selalu kumelihat dari kejauhan akan ikhlasnya dia mengabdi dan santunnya dia bertegur sapa dengan sesama. Ingin aku menegurnya atau hanya sekedar bertegur sapa dengannya. Tapi, angan ini selalu aku abaikan karena mungkin hanya sebuah halusinasi semata. Hari terus berganti dan waktu pun terus berputar mengikuti arah kehidupan yang selalu berubah. Tetapi, ada rasa ini yang tetap ada bahkan selalu bertanya siapakah sosok perempuan laksana bidadari itu.
Seiring berjalannya waktu dan berkembangnya hari, aku bermunajat kepada Sang Pemilik hati semua umat manusia. Ternyata, dia adalah wanita yang selalu ada dalam bayangku karena kesantunannya dan keikhlasannya. Aku ingin dekat dengannya dan saling menjaga satu sama lain untuk membangun sebuah keluarga kelak dikemudian hari nanti.
Kutuliskan Puisi untuknya - Sang Bidadari Syurga...
berilah aku sebait puisi, agar aku hidup abadi
berilah aku sejuta nasihat, agar hidupku penuh
manfaat
berilah aku segunung cinta, agar hidupku
bertabur cahaya
berilah aku selangit doa, agar hidupku gelimang
bahagia
berilah
aku cahaya Rasulullah, agar aku dibarakahi Allah
kutulis puisi saat lara, karena puisiku obat
duka
mengubah sedih menjadi riang gembira
kutulis puisi saat menangis, karena puisiku
obat merana
mampu mengubah benci manjadi energi cinta
Salam Hangatku untuk dirinya,
Pejalan Lambat - Penikmat Senja