Kepadatan aktivitas terkadang membuat kepala
kita merasa penat dan tentunya butuh piknik untuk hanya sekedar menghirup udara
di alam bebas yang segar dan natural. Setiap orang mempunyai cara tersendiri
dalam memanjakan diri dari padatnya aktivitas dan penatnya tugas-tugas.
Saya adalah seorang Santri sekaligus Tutor
Bahasa sebuah pesantren di Sukabumi. Kesibukan saya di siang hari adalah
mengajarkan santri-santri junior memahami dasar-dasar berbahasa dan di malam
harinya mengikuti program pesantren yaitu pengajian, aurodan, dan kajian-kajian
keislaman. Selain itu, ada beberapa kesibukan dan menjadi kewajiban saya yang
lainnya yaitu memahami materi-materi perkuliahan dan menjalankan amanah dari
Pimpinan Pesantren untuk mengembangkan LP2SSC (Lembaga Pendidikan dan Pelatihan
Sukabumi Study Center), serta Home Stay Turis Backpacker sebagai wadah Native
Speaker yang akan dijadikan media latihan kecakapan berbahasa Inggris para
santri di Pesantren.
Banyaknya aktivitas membuat diri ini seakan
meminta ketenangan, kesejukan, keindahan, dan kesegaran udara dari alam bebas
untuk sejenak melupakan kepenatan-kepenatan dari berbagai aktivitas
sehari-hari. Tak pernah terpikir sebelumnya untuk mendaki Sebuah Gunung dengan
ketinggian 2.958 MDPL (Meter Diatas Permukaan Laut). 3 Tahun kebelakang saya
hanya seorang anggota Pramuka dari Pesantren Modern di Sukabumi, dan kegiatan
yang paling ditunggu-tunggu anggota Pramuka saat itu adalah Hacking, dan
Camping.
Sebelum waktu liburan tiba, tepatnya di
awal-awal bulan Ramadhan saya terpikirkan untuk mencoba mendaki gunung karena
penasaran dengan keindahan pesonanya tapi juga was-was dengan tragedi beberapa
pendaki yang kena hipotermia bahkan sampai harus dievakuasi. Tapi, saya meyakinkan
diri bahwa semua akan berjalan lancar
dengan landasan doa dan ketawakalan kepada Allah SWT. Singkatnya, saya mencoba
mengirim pesan singkat kepada beberapa teman dengan tujuan mengajak keluar dari
zona nyaman dan bersama-sama melakukan sebuah perjalanan menuju puncak gunung
di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP).
Tak disangka, ternyata temen-temen saya telah
lebih dulu memiliki pengalaman Mendaki Gunung. Maka tidak banyak diskusi yang
kita lakukan dan rencana pun ditetapkan yaitu beberapa hari setelah Lebaran
Idul Fitri tepatnya pada tanggal 21 Juni 2018 M dengan jumlah Pendaki 7 orang
(5 Laki-Laki & 2 Perempuan) yang kita beri nama Komunitas Jomet Adventure.
Pendakian pertama ini kita tetapkan melalui
jalur Gunung Putri Cianjur karena sebagian dari kita adalah pendaki pemula dan
hanya beberapa yang sudah berpengalaman mendaki. Sebelum pendakian dimulai, ada
beberapa persyaratan dan barang-barang yang harus jauh-jauh hari dipersiapkan.
Diantara persyaratan itu adalah SIMAKSI (Surat Izin Masuk Kawasan Konservasi)
dan Surat Keterangan Sehat dari Dokter atau fasilitas yang ada di Jalur
Pendakian. Perizinan Mendaki Gunung Gede adalah perizinan yang paling ribet dan
bikin bete karena harus booking online tapi verifikasi offline (surat-suratnya
harus lengkap dan di print out pula).
Perjalanan pun dimulai pada jam 10:00 WIB
setelah mengurus SIMAKSI yang cukup ribet dan melelahkan karena harus cari
tempat photo copy yang bisa print out semua surat-surat bookingan online tadi..
pokonya ribettt daaahh. Perjalanan dikala itu sangat sangat melelahkan, karena
harus mendaki gunung pertama dengan ketinggian 2.958 MDPL sedang punggung
dibebani berat Tas Cerrier kurang lebih 60 LT. Perjalanan semakin menantang
dikala kita sudah memasuki bibir hutan dan tidak lagi tersinari matahari secara
langsung. Perlahan tapi pasti, langkah kita terus berjalan dan sampailah di POS 4 Simpang Maleber yaitu sebuah pos peristirahatan Pendakian Gunung Gede yang
masih cukup kental dengan mistis-mistisnya.
Setelah melewati Simpang Maleber, terlihatlah
Hamparan Bunga Edelweis yang memanjakan mata kita setelah sekian lama
perjalanan kala itu berlangsung. Kita menikmati keindahan matahari yang hampir
tenggelam di ufuk Barat sana. Moment-moment langka itu tidak kita lewatkan
begitu saja, tapi diabadikan melalui kamera-kamera yang ada. Setelah asyik berphoto, kita langsung mencari tempat yang agak tertutup
pepohonan sebagai area camp guna menghindari badai angin yang terjadi pada saat
itu disetiap malamnya.
Malam pun kita lalui dan datanglah pagi yang
menjadi penantian melihat keindahan sunrise (Matahari Terbit) di puncak gunung.
Maka setelah sholat subuh, kita prepare dan langsung melakukan perjalanan
menuju puncak gunung gede dengan lama perjalanan kurang lebih setengah jam dan
track yang terus menanjak. Akhirnya, perjalanan pun berakhir di puncak gunung
gede dengan ketinggian 2.958 MDPL yang memberikan pesona-pesona keindahan alam
luar biasa dan tak akan pernah terlupakan.
Pengalaman berharga yang bisa saya petik dari
perjalanan kala itu selain persahabatan dan kebersamaan, saya menjadi sadar
bahwa hidup adalah sebuah perjalanan, petualangan, dan pengabdian. Hidup bukan
hanya sekedar lahir, menangis, tertawa, tua lalu tiada. Hidup seperti menggapai
puncak tertinggi yang memberikan hamparan pemandangan tiada duanya. Puncak
Gunung dianalogikan seolah puncak tujuan hidup, jalur yang dilalui untuk
mencapai puncak tersebut dianalogikan sebagai proses kehidupan yang sedang kita
lalui, tapi ketahuilah bahwa puncak tiada akan ada artinya tanpa proses
perjalanan yang lebih memper'erat persahabatan dan begitupun hidup tiada akan
ada artinya tanpa dilalui dengan proses peningkatan pengabdian kepada sang
pencipta Allah SWT.
|
JOMET ADVENTURE TEAM |
°salam literasi dari pendamba puncak tertinggi°
Trip Gede 2.958 MDPL, 21 Juni 2018 M. [ Jomet
Adventure Team ]